Perbaikan yang berkesinambungan pada
produk untuk memenuhi kebutuhan pelanggan, memberikan keberhasilan usaha dan
mengembalikan investasi kepada para pemegang saham dan pemilik perusahaan.
Berbasis
Pengguna
Kualitas Berbasis
Manufaktur
Berbasis
Produk
STANDAR KUALITAS INTERNASIONAL
ISO 9000 (1987) ISO
9001:2000
Tujuan penetapan standar adalah
menetapkan prosedur manajemen kualitas melalui kepemimpinan, dokumentasi
terinci, perintah kerja, dan penyimpanan catatan. Kepuasan pelanggan memainkan
peranan yang lebih penting disbanding prosedur terdokumentasi pada ISO
9001:2000.
ISO 14000
Merupakan standar manajemen
lingkungan yang berisi 5 elemen pokok:
1. Manajemen lingkungan
2. Pengauditan
3. Evaluasi kerja
4. Pelabelan
5. Penilaian siklus hidup
KONSEP PENGENDALIAN
MUTU
Pada
perusahaan pabrikasi ada dua macam struktur organisasi yang berkaitan dengan
pengendalian mutu:
1. Departemen kualitas berdiri sendiri
dan mempunyai jalur laporan langsung ke GM. Fungsi kualitas harus terpisah dari
kegiatan pabrikasi dan langsung memberikan laporan ke GM, tujuannya untuk
mendapatkan kerjasama dalam rangka memenuhi penjadwalan dan biaya.
2. Departemen kualitas adalah bagian
dari pabrikasi dan memberikan laporan ke manajer pabrik. Fungsi kualitas di
bawah fungsi pabrikasi karena mutu membutuhkan koordinasi yang dekat dengan
proses produksi. Sesungguhnya manajer pabrikasi telah mengemban tugas sebagai
coordinator kualitas.
Total Pengendalian
Kualitas (Total Quality Management = TQM)
Dengan
konsep total pengendalian kualitas, maka system pengendalian kualitas menjadi:
1. Departemen kualitas menjadi hanya
coordinator yang akan mempengaruhi kualitas pada fungsi masing-masing.
2. Masing-masing fungsi dalam organisasi
harus mempunyai pedoman pengendalian mutu yang akan menunjukkan jalan untuk
menjaga mutu dalam kinerja.
3. Konsep total pengendalian kualitas
mengharuskan Departemen kualitas untuk lebih menitikberatkan perhatian pada
perencanaan dan mengurangi perhatian pada pemeriksaan dan pengawasan.
4. Pendekatan total kualitas menekankan
pencegahan terhadap suatu kesalahan dan memperkenalkan semua konsep mutu dalam
rangka pencapaian tujuan perusahaan sehingga masing-masing fungsi akan
bertanggung jawab pada mutu pekerjaan.
5. Departemen kualitas menyiapkan semua
perangkat untuk menjamin bahwa semua fungsi di dalam organisasi melaksanakan
apa yang diinginkan oleh system pengendalian kualitas.
6. Sebuah program hanya diterapkan ke
seluruh bagian dari organisasi di mana program ini akan menjelaskan bagaimana
total pengendalian kualitas harus diselenggarakan, bagaimana masing-masing
individu sadar berperan serta dalam pengendalian kualitas dan bagaimana
pendekatan ini diukur pada masing-masing kinerja.
Pendekatan Deming (W. Edwards
Deming)
Kualitas
merupakan perbaikan secara berkesinambungan pada sebuah system yang stabil.
Definisi ini menjelaskan 2 hal:
1. Semua system administrasi,
perencanaan, produksi dan system penjualan harus stabil yang dibuktikan dengan
data-data statistic. Kestabilan ini dapat dilihat dari angka variansi
(variance) yang tetap dan terjadi pada angka rata-rata yang juga tetap.
2. Perbaikan secara berkesinambungan
untuk mengurangi penyimpangan dan mendapatkan yang lebih baik untuk pemuasan
pelanggan.
Biaya Kualitas
Merupakan
biaya yang timbul apabila produk tidak dapat memenuhi kepuasan pelanggan atau
terjadi pada waktu proses produksi sedang berjalan.
Biaya
total kualitas meliputi antara lain:
1. Biaya pengendalian kualitas yang
terdiri dari biaya pencegahan dan biaya pemeriksaan dalam penentuan nilai
kualitas.
2. Biaya perbaikan kerusakan:
a. biaya internal (pada saat proses
produksi sedang berjalan):
·
Biaya
scrab atau biaya karena produk yang
rusak ditolak dan dibuang.
·
Biaya
rework atau biaya yang dibutuhkan
untuk perbaikan produk yang rusak.
·
Biaya
down grade atau biaya karena
penurunan kualitas.
·
Biaya
yang timbul karena keterlambatan kerja.
b. biaya eksternal (produk telah selesai
dan diserahkan ke pelanggan):
·
Biaya
warranty atau biaya jaminan
·
Biaya
yang timbul karena produk ditolak dan dikembalikan oleh pelanggan.
·
Biaya
pendukung dan pengurusan untuk pemenuhan janji kepada pelanggan.
Rumus:
Total biaya kualitas = Biaya pengendalian + Biaya kerusakan
Total biaya kualitas = (Biaya
pencegahan + Biaya pemeriksaan) +
Biaya
kerusakan internal + Biaya kerusakan eksternal)
Total biaya kualitas dapat dikutangi
dengan mengawasi hubungan antara biaya kualitas dan tingkat penyesuaian pada
keinginan pelanggan.
1. Jika tingkat penyesuaian tinggi yaitu
terbukti dengan tingkat kerusakan yang rendah, maka biaya kerusakan menjadi
rendah tetapi biaya pengendalian kualitas menjadi tinggi.
2. Jika tingkat penyesuaian rendah yaitu
terbukti dengan tingkat kerusakan yang tinggi, maka biaya kerusakan menjadi
tinggi dan biaya pengendalian kualitas menjadi rendah.
|
|
Rancangan Sistem Pengendalian Kualitas
Langkah-langkah:
1. Titik-titik pada jalur system
produksi dimana tempat pemeriksaan dilakukan dengan cara:
·
Pada
tempat bahan mentah pertama kali datang.
·
Pada
waktu proses sedang berjalan. Kaitannya dengan biaya penambahan nilai jauh
lebih besar daripada biaya pemeriksaan.
·
Pada
produk yang sudah selesai menjadi barang jadi.
2. Memutuskan apa jenis pengukuran nilai
yang digunakan berdasarkan:
·
Pengukuran
variable atau skala pengukuran.
·
Pengukuran
atribut yang menggunakan skala yang dihitung berdasarkan kondisi seperti baik
atau buruk, panas atau dingin, dsb.
3. Memutuskan berapa jumlah produk yang
harus diperiksa.
4. Menentukan siapa yang berwenang
melakukan inspeksi.
Metoda Pengendalian Kualitas Statistical.
Pengendalian
kualitas secara statistika dapat digunakan pada contoh penerimaan material atau
pada pengendalian proses. Pemeriksaan dapat dilakukan dengan cara pengukuran
penampilan (attribute) atau dengan
cara pengukuran dimensi (variable).
Control chart
Merupakan
kumpulan data yang ditulis dalam bentuk grafik dan digunakan untuk membuat
penilaian status pengendalian kualitas pada sebuah proses produksi.
X
chart adalah jenis control chart yang menggunakan angka rata-rata dari contoh
yang diambil dari suatu paket produk output yang akan diukur variable atau
atribut dalam rangka untuk mengetahui status proses produksi atau tingkat
pengendalian kualitas dan biasa dinamakan sample average.
X
chart mempunyai tiga parameter penting yang ditentukan dengan cara perhitungan
dari data-data histories, yaitu:
1. Nilai rata-rata
2. Batas pengendalian atas atau upper
control limit (UCL)
3. Batas pengendalian bawah atau
lower control limit (LCL)
|
Teori Central Limit
Teori
ini menjelaskan hubungan penting antara standar deviasi S dari distribusi
individu dengan standar deviasi Sx dari distribusi sampling:
Sx
= S/Ön
Tahapan untuk membentuk control chart
adalah sebagai berikut:
1. Control chart dibentuk dari data
histories dimana kinerja masa depan dibandingkan dengan kinerja masa lalu.
2. Hitung angka rata-rata, batas
pengendalian atas dan batas pengendalian bawah. Batas pengendalian berdasarkan
pada distribusi sampling.
3. Gambar control chart dimana sumbu Y
menunjukkan perhitungan variable dan sumbu mendatar X menunjukkan jumlah
sample.
4. Tulis pada grafik angka hasil
pengukuran variable atau atribut dari unit sample.
5. Terjemahkan arti grafik untuk melihat
apakah:
·
Proses
terkendali dan tidak perlu ada tindakan
·
Proses
tak terkendali maka perlu dicari penyebabnya
·
Proses
terkendali tetapi ada kecenderungan dimana harus memperingatkan kepada manajer
ada kemungkinan terjadi kondisi yang tidak acak atau kondisi yang tak
terkendali.
6.
|
Perhitungan control chart dengan
rumus:
i = ΣXi/n = Σj/ m Si
= ÖΣ(j - )/m-1
UCL = X + k S
LCL = X - k S
Dalam hal ini:
Xi: Pengukuran untuk sample unit i
n: Jumlah unit pada masing-masing sample
m: Jumlah sample
k: Nilai konstan adalah jumlah dari standar deviasi
i: Nilai rata-rata dari sample unit i
: Nilai rata-rata dari sample j
S:
Standar deviasi dari
distribusi rata-rata sample
UCL: Batas Pengendalian atas
LCL: Batas Pengendalian bawah
Rencana Penerimaan Sampel
Menentukan
besarnya ukuran sample n dan jumlah unit minimal yang bebas dari penyimpangan c
ditentukan dengan empat parameter:
a. AQL atau Acceptable Quality Level
untuk menentukan tingkat kualitas yang diterima.
b. LTPD atau Lot
Tolerance Percent Defective untuk menentukan jumlah persentase kerusakan yang
dibolehkan
c. Penyimpangan “a” dari resiko producer
d. Penyimpangan “b” dari resiko
consumer.
Rumus:
n: Sample size atau ukuran jumlah unit dalam sample
c: acceptance number atau jumlah maksimum unit yang
menyimpang di dalam suatu sample sebagai persyaratan untuk penerimaan sebuah
paket material
x: number of defective units found in the sample atau jumlah
unit yang ditemukan rusak dalam sebuah sample.
Jika x £ c, paket dapat diterima
Jika x ³ c, paket tidak dapat diterima
Pengendalian Mutu yang
berkesinambungan
Ada 3 metoda:
1.
Analisis Pareto
Contoh: kerusakan pada system
hydraulic dari Front-end Looder
Jumlah pemeriksaan (N) = 2347
|
||
Jenis kerusakan
|
Jumlah kerusakan
|
Persentase kerusakan
|
O-ring hilang
|
16
|
3,9%
|
Torsi tidak tepat
|
25
|
6,1%
|
Sambungan kendor
|
193
|
46,8%
|
Sambungan listrik terbakar
|
47
|
11,7%
|
Sambungan hidrolik retak
|
131
|
31,8%
|
Jumlah
|
412
|
100,0%
|
Data kerusakan analisis pareto
|
|
|
|
|
|
2.
Diagram Cause-and-effect atau CE
diagram
Disebut juga sebagai diagram Ishikawa
atau diagram tulang ikan
Pengendalian Kualitas
pada produk Jasa
Perkembangannya
tidak secepat produk barang, karena:
1. Kinerja sulit diukur
2. Dikendalikan hanya pada saat pelayanan tenaga kerja
0 comments:
Post a Comment